Seputar Dunia Islam

Sabtu, 15 April 2017

Jihadnya Pakubuwono IV dan Makar Yang Menghancurkannya

Nama kecilnya adalah Bendara Raden Mas Sambadya, terlahir dari permaisuri Pakubuwana III yang bernama Gusti Ratu Kencana. Dilahirkan pada hari Kamis Wage, 18 Rabiul Akhir 1694 atau 2 September 1768. Setelah diangkat menjadi raja dia pun mendapat gelar Sri Susuhunan Pakubuwana IV.

Tidak seperti ayahnya, yang cenderung inferior dan patuh di hadapan VOC, Pakubuwana IV justru menjadi sosok raja yang sangat membenci VOC. Kecerdasannya serta pribadinya yang religius telah membawanya kepada cita-cita yang terasa utopis pada masa itu. Yaitu, menyatukan kembali Mataram dan memberlakukan hukum Islam di dalamnya.

Pakubuwana IV tampaknya paham betul bahwa konsep ulil amri dalam Islam adalah sinergi antara ulama dan umaraa (penguasa). Tanpa ulama penguasa akan cenderung bertindak lalim, sementara ulama tanpa penguasa akan berarti sebuah kematian bagi ilmu-ilmu yang dikuasainya. Maka dari itu, dia mengangkat empat orang ulama sebagai abdi dalem kinasih (abdi dalem terpercaya), yaitu Kiai Nur Saleh, Kiai Wiradigda, R. Panengah, dan Kiai Bahman.

Untuk mengurangi pengaruh adat istiadat Hindu yang masih berakar di masyarakat Surakarta, Sunan secara langsung mendatangkan para ulama dari luar daerah untuk terjun berdakwah ke masyarakat. Salah satunya adalah kiai Jamsari yang datang dari daerah Banyumas, dia ditempatkan di wilayah sebelah barat daya keraton Surakarta yang pada hari ini dikenal sebagai kampung Jamsaren. Di sana, ia mendirikan sebuah masjid yang menjadi pusat tempat dakwahnya. Karena merupakan utusan raja, pada akhirnya tidak hanya masyarakat umum yang mengikuti pengajiannya, namun para bangsawan dan pejabat istana pun penasaran dengan pengajiannya. Sehingga pada akhirnya ajaran Islam yang diserukan kiai Jamsari dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh semua kalangan.

Dalam hal peradilan, Pakubuwana IV menjadikan pengadilan surambi (agama) sebagai pengadilan tertinggi. Ruang lingkupnya pun diperluas, di mana tidak hanya mengurusi persoalan seputar perkawinan dan warisan saja, namun juga mengurusi perkara-perkara jinayat (pidana). Vonis hukuman pada pengadilan surambi dikenal dengan istilah Kisas. Meskipun memiliki kemiripan nama, namun secara terminologis berbeda dengan istilah Qishash dalam Al Qur’an.

Di dalam Al Qur’an, Qishash merupakan pemberian hukuman terhadap pelaku kejahatan yang di mana bentuk hukuman tersebut serupa dengan apa yang telah dilakukannya. Misalnya, apabila seseorang terbukti membunuh dengan sengaja, maka dia akan dibunuh juga. Dan juga apabila seseorang terbukti dengan sengaja mencederai mata seseorang hingga sang korban kehilangan fungsi penglihatannya, maka dia pun akan dijatuhi hukuman serupa.

Sementara istilah Kisas maknanya lebih luas, tidak terbatas pada kasus pembunuhan, namun hukuman untuk pencuri pun disebut dengan kisas, sebagaimana dikutip dalam serat sultan surya ngalam: “Yen ana wong mamaling kalebu kisas, kisasana tugelen tangane tengen, yen kongsi ganep pindho, tugelen tangane tengen kiwo, yen ganep ping telu tugelen sukune tengen, yen ganep ping pat, tugelen sukune tengen kiwo.” (Jika ada orang mencuri maka dia terkena kisas, kisaslah dengan memotong tangan kanannya. Jika diulangi untuk kedua kalinya, potonglah tangan kirinya. Jika diulangi lagi ketiga kalinya, potonglah kaki kanannya. Dan jika diulangi kemmpat kalinya, potong kaki kirinya).

Sunan juga mempopulerkan istilah diyat mugalalah dan diyat mupakakah, mengadopsi pembagian diyat menurut madzhab syafii yaitu diyat mughalladzah sebagai hukuman atas pembunuhan yang dilakuakan secara sengaja ataupun menyerupai sengaja (syibhul ‘amd), dan diyat mukhaffafah sebagai hukuman atas pembunuhan terjadi karena kesalahan (khata’).

Maka dari itu, Sunan pun membentuk tim eksekutor yang dinamai Abdi Dalem Singanagara, tugasnya memotong leher terdakwa yang dijatuhi hukuman mati dengan keris, dan juga memotong tangan dan kaki.

Sunan juga menetapkan aturan yang ketat untuk para abdi dalem, di mana setiap ketidakpatuhan pada ajaran agama akan berujung peringatan, teguran, disposisi jabatan, atau bahkan ada yang dipecat. Dan dalam upayanya mengurangi kejahatan di masyarakat, Sunan secara tegas dan terang-terangan mengharamkan minuman keras dan opium.

Sunan Pakubuwana IV menjadikan ibadah shalat jumat sebagai momen untuk berbaur dengan rakyatnya. Di mana setiap hari jumat dia selalu shalat jumat di masjid agung dan tak jarang bertindak sebagai khatib.

Berbagai kebijakan yang diambil Sunan tersebut memang tak bisa disebut sekedar bernuansa Islam, namun memang benar-benar bernafaskan Islam. Hal ini tentu membuat VOC khawatir, mereka pun menghasut pejabat-pejabat yang tersisih untuk melakukan perlawananan. Selain itu mereka juga menghasut kasultanan Yogyakarta serta pura Mangkunegaran, pihak VOC menyampaikan bahwa mimpi Pakubuwana IV untuk menyatukan Mataram secara tidak langsung akan mendelegitimasi kedaulatan mereka.

Akhirnya, pada bulan November 1790 ribuan pasukan koalisi VOC, Mangkunegaran,dan Yogyakarta pun mengepung keraton Surakarta yang hanya dikawal ratusan orang. Mereka menuntut Sunan agar menyerahkan keempat ulama yang menjadi abdi dalem kinasih, apabila tuntutan tidak dipenuhi Sunan akan diturunkan secara paksa dari takhtanya. Menurut pihak koalisi, keempat ulama tersebut telah memberikan pengaruh tidak baik kepada Sunan. Sampai-sampai pihak kasultanan Yogyakarta menuliskan dalam Babad Mangkubumi bahwa doktrin-doktrin para ulama tersebut adalah sihir yang menyeleweng dari ajaran Rasul.

Para pejabat keraton yang selama ini kurang menyukai kebijakan islamisasi Sunan pun mulai mempengaruhi Sunan untuk memenuhi tuntutan para pengepung ketimbang harus kehilangan takhtanya. Hal ini membuat Sunan gamang dan pada akhirnya bersedia memenuhi tuntutan tersebut.
Meskipun Sunan Pakubuwana IV pada akhirnya menyerahkan keempat abdi dalem kinasih, bukan berarti Sunan mengabaikan nasib mereka. Setelah pengepungan itu berakhir, Sunan melanjutkan perjuangannya melalui jalur advokasi sehingga mereka berempat tidak sampai dijatuhi hukuman mati.

Disclaimer : Dalam tulisan ini penulis memang tidak menyertakan referensi. Karena sejatinya tulisan ini hanyalah sebuah ikhtisar dari LAPSUS SYAMINA Edisi 14/Oktober 2016 yang berjudul “PAKEPUNG 1790, Penggagalan Upaya Penerapan Syariat Islam di Keraton Surakarta oleh Belanda dan Sekutunya”.

Source : Kiblat.net

Kamis, 13 April 2017

FENOMENA LONDONISTAN : Pertumbuhan Islam di Eropa

Oleh: Jaya Suprana*

SAYA memang tahu ada nama Pakistan, Afghanistan, Turkistan, Kazhakstan, Kirgistan, Uzbekistan dan lain-lain nama berakhiran “stan”. Namun saya tidak tahu bahwa ternyata ada pula nama Londonistan. Ternyata Londonistan adalah julukan terbaru bagi sebuah kota yang bernama London . Yang menciptakan julukan Londonistan adalah jurnalis terkemuka, Melanie Phillips, demi melukiskan betapa besar pengaruh Islam terhadap ibukota Inggris di masa kini. 

Sejak 2001 sampai dengan 2016, di London telah didirikan 423 mesjid baru sementara sekitar 500 gereja telah ditutup. The Hyatt United Chuch dibeli oleh umat Islam dari Mesir dan diubah menjadi masjid.  Sama halnya dengan gereja Santo Peter dirubah menjadi masjid Madina. Masjid Brick Lane semula adalah sebuah gereja Methodist. Bukan hanya bangunan yang berubah sebab pada tahun 2016 jumlah kaum Mualaf di kota Londonistan meningkat dua kali lipat. 

The Daily Mail sengaja secara khusus mempublikasikan serial foto fakta Londonistan antara lain dengan foto sebuah masjid dan sebuah gereja bertetangga di pusat kota Londonistan. Atau adegan di dalam gereja San Giorgio yang berkapasitas tampung 1.230 jemaat namun hanya hadir 12 orang pada upacara misa. Hanya 20 orang tampak hadir di dalam katedral Santa Maria. Masjid di kawasan Brune Street Etatate punya masalah beda akibat daya tampung hanya maksimal 100 orang maka setiap Jumat, umat terpaksa meluber ke jalanan. Walikota London masa kini adalah Muslim. 

Ceri Peach dari Universitas Oxford menyatakan homogenitas umat beragama di Inggris masa kini memudar akibat dominasi Kristen memang melenyap. Direktur The National Secular Society, Keith Porteus Wood yakin bahwa di Inggris dalam 20 tahun mendatang jumlah Muslim akan lebih besar ketimbang jumlah Nasrani. 

Menurut riset NatCen Social Research Institute jumlah umat Anglican pada lingkup waktu 2012 sampai dengan 2014 mengalami kemerosotan menjadi sekitar 1,7 juta , sementara jumlah umat Islam di Inggris meningkat menjadi satu juta insan. Demografikal, umat beragama di Manchester 15,8 persen Muslim, Birmingham 15,8 persen bahkan Bradford 24,7 persen. Wajar apabila para penderita Islamophobia makin dilanda gelisah paranoid bahwa gelombang bencana Islamisasi sedang melanda Inggris. Namun bagi mereka yang mengerti kodrat proses peradaban, sama sekali tidak merasakan apalagi menganggap fenomena Londonistan sebagai suatu mimpi buruk di malam hari. Gejala Londonistan sekadar ekspresi perubahan peta demografik keagamaan di Inggris di mana kebetulan agama Nasrani sedang mengalami masa pasca kematangan sementara Islam sedang mengalami masa pertumbuhan.

Kemerosotan jumlah umat Kristen bukan akibat pertumbuhan  Islam. Ketika masih belajar kemudian mengajar di Jerman pada tahun 70an abad XX di mana umat Islam setempat masih dalam jumlah sangat terbatas, saya pribadi sudah menyaksikan bagaimana jumlah umat Kristen yang rajin ke gereja terus menerus merosot.

Jumlah warga yang secara adminisratif ke luar dari agama Kristen makin banyak akibat keberatan membayar pajak gereja yang secara legal wajib dipotongkan langsung dari salaris bulanan. Terutama generasi muda Jerman pada masa itu sudah mulai menganggap  agama Kristen sudah tidak relevan akibat tidak sesuai dengan perkembangan zaman.

Maka dapat disimpulkan bahwa apa yang disebut sebagai Islamophobia sebenarnya hanya suatu penyakit jenis khayal yang sengaja direkayasa oleh mereka yang merasa kepentingannya terancam akibat tumbuhnya jumlah umat Islam.

Sehingga meski pun pada kenyataan mayoritas pelaku kekerasan terorisme di bumi Amerika Serikat sebenarnya bukan Muslim, namun Donald Trump dan para pendukungnya sengaja membiasakan diri untuk menggunakan istilah teroris Islam radikal.

*Penulis adalah pembelajar peradaban
Sumber: RMOL

Senin, 10 April 2017

Demokrasi Korporasi

Ketika berbicara tentang peran politik umat Islam, banyak dikalangan umat mengkhawatirkan kecenderungan liberalisasi politik saat ini, yang tampaknya akan makin meminggirkan peran umat Islam. Mengenai hal ini, Prof. Jimly Asshidiqie memberikan penjelasan yang menarik. Pada intinya beliau mengatakan, saat ini  demokrasi di Indonesia memang telah berkembang menjadi corporated democracy / demokrasi korporasi. Aslinya, demokrasi itu dikatakan sebagai sistem politik “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat”. Namun, dalam faktanya demokrasi sekarang telah dikooptasi oleh para pemilik modal. Dengan kekuatan uangnya, mereka menguasai media massa, market (pasar), society (masyarakat), bahkan state (negara), termasuk di dalamnya partai-partai politik dan lembaga-lembaga politik.

Sebenarnya gejala berkembangnya corporated democracy sudah lama ditengarai. Presiden Rutherford B. Hayes pada tahun 1876 mengatakan bahwa kondisi demokrasi di Amerika Serikat pada tahun itu adalah “from company, by company, and for company”. Gejala itu ia lihat hanya sebelas tahun sepeninggal Presiden Abraham Lincoln (1860-1865) yang semasa hidupnya dengan gagah mengatakan bahwa demokrasi adalah “from the people, by the people, and for the people".

Peran para pemilik modal dalam dunia politik di Indonesia dilihat oleh Nanik S Deyang, mantan wartawan senior, sangatlah nyata. Ia, yang pernah menjadi salah satu wartawan dengan spesialisasi meliput konglomerat di Indonesia ini, paham betul bagaimana perangai konglomerat Cina atau para taipan di Indonesia, termasuk hubungan mereka dengan lembaga-lembaga negara mulai Kepresidenan, TNI/Polri, DPR dan lainya. Nanik mencontohkan, ketika seorang presiden hendak melakukan reshuflle kabinet, konsultasinya dengan konglomerat Cina.

Singkat cerita, ia menegaskan, negara ini sejatinya memang dikuasai oleh para pemilik modal dari kalangan konglomerat Cina. Seperti disebut Prof. Jimly, mereka kini praktis sudah menguasai society melalui penguasaan media massa dan market. Bahkan mereka juga sudah menguasai state melalui penguasaan partai politik yang dibeli atau dibiayai, serta tentu saja lembaga parlemen tempat berkumpul para wakil rakyat dari partai-partai yang sudah mereka kuasai itu. Bila partai politik sudah dikuasai maka pejabat sipil, militer maupun kepolisian, termasuk pejabat di lembaga penegak hukum, yang diangkat oleh partai politik itu, juga ikut dikuasai dan dikendalikan. Dari sini bisa di mengerti mengapa sedemikian banyak kasus-kasus korupsi seperti kasus Sumber Waras, Busway, tanah Cengkareng, juga proyek reklamasi yang melibatkan Ahok hingga sekarang tak kunjung diproses. Hanya setelah ada tekanan dahsyat dari umat melalui Aksi 411 saja, Ahok dijadikan tersangka untuk kasus penistaan agama.

Namun belakangan, mereka merasa “membeli” terlalu mahal politikus dan partai politik. Lalu mereka berpikir, mengapa tidak memunculkan presiden dari kalangan mereka sendiri. Apalagi demokrasi di Indonesia sudah demikian longgar. Rakyat mudah dikuasai melalui market dan media massa. Mereka pun mudah dipecah-belah. Di sinilah mereka bertemu dengan fenomena Ahok. Jadi, menurut Nanik, soal Ahok ini bukan masalah agama saja, tetapi ada masalah yang lebih besar. Kalau tidak, tentu tidak akan energi seluruh pejabat negeri ini ditumpahkan hanya untuk membela Ahok. Ahok adalah representasi kekuatan para pemilik modal besar untuk menguasai perekonomian melalui politik, juga sebagai kartu truf mereka untuk Pilpres 2019. Mereka ingin, setelah Ahok jadi gubernur DKI, nanti pada tahun 2019 ia dipasangkan sebagai Wapresnya Jokowi. Mereka sangat yakin bisa berhasil. Buktinya, mereka juga bisa menjadikan Jokowi sebagai presiden. Setelah itu, nanti pada tahun 2024 Ahok didorong menjadi presiden. Tentu untuk itu semua biayanya akan sangat mahal. Namun, bila rencana itu berhasil, pasca 2024 melalui tangan Ahok, seluruh negeri ini, dari Sabang sampai Merauke, bisa mereka kuasai. Bila itu benar-benar terjadi nanti, maka kasus Singapura yang dulu didominasi Melayu melalui rekayasa politik kini dikuasai Cina akan  kembali terulang dengan skala yang lebih besar dan lebih dahsyat.

Jadi, jelaslah bahwa demokrasi memang telah menjadi alat bagi para pemilik modal, baik dari Barat (asing) maupun dari Timur (aseng) untuk menguasai  negeri-negeri Muslim. Inilah penjajahan gaya baru (neo-imperialisme). Oleh karena itu, William Blum, penulis buku America’s Deadliest Export Democracy, menyebut demokrasi adalah alat dominasi Amerika Serikat kini juga dipakai Cina atas seluruh dunia. Simpulnya, demokrasi merupakan alat untuk menguasai dunia demi kepentingan ekonomi, politik dan ideologi. Melalui demokrasi, lahirlah negara yang dikontrol oleh korporasi. Dominasi korporasi terhadap negara semakin mencengkeram setelah korporasi multinasional turut bermain. Mereka turut menentukan siapa yang menjadi pemimpin sebuah negara dan apa kebijakan negara tersebut.

Alhasil, dengan demokrasi bukan kedaulatan rakyat yang diraih, tetapi kedaulatan pemilik modal, dari teokrasi dan otokrasi yang mereka jauhi ke korporatokrasi. Semakin lama negara-negara demokrasi berjalan, semakin masuk dalam ketundukan kepada pemilik modal. Selama dua abad ini, kekuasaan pemilik modal pun semakin kuat, bahkan lintas negara. Kekuatannya tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Lihatlah, dari 100 pemegang kekayaan terbesar di dunia, 49 adalah negara, 51-nya adalah korporasi.

Jadi, bagaimana caranya menghentikan Ahok? Mestinya kemarin ia jangan dicalonkan. Kalau sudah terlanjur dicalonkan, ya jangan dipilih. Namun, andaipun Ahok kali ini tidak terpilih, masih mungkin akan lahir ’Ahok-Ahok’ baru karena sistem demokrasi membolehkan orang seperti Ahok memimpin dan para pemilik modal terus bermain. Oleh karena itu, untuk mencegah munculnya ’Ahok-Ahok’ baru pada masa mendatang, corporated democracy sistem yang memungkinkan dijadikan tunggangan pemilik modal bagi meraih kepentingan ekonomi, politik dan ideologi tidak bisa tidak harus dihentikan!

Oleh : H.M Ismail Yusanto

Sabtu, 01 April 2017

Pertanyaan Yang Sering Diajukan Missionaris

Dr Zakir Naik mengungkapkan bahwa jumlah misionaris saat ini mencapai satu juta orang. Di antara mereka, ada yang tugasnya berkeliling untuk mendangkalkan aqidah umat Islam. Salah satu caranya, memulai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini.

Pertanyaan Pertama
“Apakah dijelaskan dalam Al Quran bahwa Injil adalah firman Tuhan?”
Biasanya muslim yang ditanya demikian akan langsung menjawab, “Ya, disebutkan”
“Kalau begitu mengapa engkau tidak mengikuti Injil?”

Pertanyaan Kedua
“Berapa banyak nama Nabimu (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) disebutkan dalam Al Quran?”
Muslim yang tahu akan menjawab, “Lima kali. Empat kali dengan nama Muhammad dan satu kali dengan nama Ahmad”
“Berapa banyak nama Yesus Kristus (Isa ‘alaihi salam) disebutkan dalam Al Quran?”
Muslim yang tidak tahu, akan diberitahu oleh misionaris yang mempelajari Al Quran itu. Bahwa Isa disebutkan 25 kali.
“Mana yang lebih besar, Muhammad yang disebutkan lima kali atau Yesus yang disebutkan 25 kali dalam Al Quran?” demikian pertanyaan misionaris berikutnya.

Pertanyaan Ketiga
“Apakah Nabi Muhammad punya ayah dan punya ibu?”
“Ya”
“Apakah Isa (Yesus) dilahirkan dengan ibu dan ayah?”
“Isa memiliki ibu tetapi tidak memiliki ayah”
“Mana yang lebih hebat, orang yang dilahirkan dengan cara biasa dengan adanya ibu dan ayah atau yang terlahir tanpa ayah?”

Pertanyaan Keempat
“Apakah Nabi Muhammad memiliki mukjizat?”
“Ya”“Apakah Nabi Muhammad bisa menghidupkan orang mati?”
“Tidak” (Karena dalam Al Quran dan hadits tidak disebutkan mukjizat itu)
“Apakah Isa bisa menghidupkan orang mati?”
“Ya” (salah satu mukjizat Nabi Isa, dengan izin Allah, bisa menghidupkan orang mati)
“Mana yang lebih hebat, yang tidak bisa menghidupkan orang mati atau yang bisa menghidupkan orang mati?”

Pertanyaan kelima
“Apakah Nabimu Muhammad sekarang secara fisik meninggal atau hidup?”
“Meninggal”
“Apakah Yesus (Isa) sekarang meninggal atau masih hidup?”
“Masih hidup” “Mana yang lebih hebat, yang sudah meninggal atau yang masih hidup hingga sekarang?”

Pertanyaan-pertanyaan itu membuat banyak muslim yang tidak memahami Al Quran menjadi bingung. Namun, sebenarnya semuanya hanya pertanyaan licik misionaris. Jawabannya sudah ada dalam Al Quran.

Jawaban atas Pertanyaan Misionaris

Di antara cara untuk mendangkalkan aqidah, bahkan sampai memurtadkan, misionaris menggunakan sejumlah pertanyaan. Dr Zakir Naik membeberkan lima pertanyaan utama yang biasa dipakai para misionaris. Berikut ini pertanyaan tersebut dan jawabannya:
  • Pertanyaan Pertama
“Apakah dijelaskan dalam Al Quran bahwa Injil adalah firman Tuhan?”
Biasanya muslim yang ditanya demikian akan langsung menjawab, “Ya, disebutkan”
“Kalau begitu mengapa engkau tidak mengikuti Injil?”

Jawaban atas Pertanyaan Pertama:

Al Quran memang mengatakan Injil adalah kitab Allah sebagaimana Taurat juga kitab Allah. Al Quran membenarkan keduanya, sebagaimana tercantum dalam Surat Ali Imran ayat 3.

نَزَّلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنْزَلَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ
Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil” (QS. Ali Imran: 3)

Jadi Injil dibenarkan Al Quran sebagai kitab yang telah diturunkan sebelumnya. Bukan berarti harus diikuti, sebagaimana Taurat juga dibenarkan sebagai kitab yang telah diturunkan sebelumnya tetapi tidak untuk diikuti.Bahkan seharusnya, orang yang percaya pada Taurat dan Injil, mereka mengikuti Al Quran sebagaimana orang yang berpegang pada sesuatu akan mengikuti update terbaru dari sesuatu itu.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ آَمِنُوا بِمَا نَزَّلْنَا مُصَدِّقًا لِمَا مَعَكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَطْمِسَ وُجُوهًا فَنَرُدَّهَا عَلَى أَدْبَارِهَا أَوْ نَلْعَنَهُمْ كَمَا لَعَنَّا أَصْحَابَ السَّبْتِ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ مَفْعُولًا
Hai orang-orang yang telah diberi Alkitab, berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami turunkan (Al Quran) yang membenarkan kitab yang ada pada kamu...” (QS. An Nisa’: 47)

Selain itu, Injil yang dibenarkan Al Quran adalah Injil yang otentik. Injil pada zaman Nabi Isa sebelum diubah oleh para pemalsu. Adapun Injil yang ada sekarang, telah beberapa kali mengalami perubahan, misalnya pada Persidangan Nicea pada tahun 325 M. Pada tahun 1881 dirilis Injil King James Version (KJV) yang merevisi beberapa hal yang dianggap bertentangan. Pada tahun 1952 dirilis Revised Standard Version (RSV) atas dasar ditemukannya beberapa cacat pada KJV.

  • Pertanyaan Kedua
“Berapa banyak nama Nabimu (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) disebutkan dalam Al Quran?” Muslim yang tahu akan menjawab, “Lima kali. Empat kali dengan nama Muhammad dan satu kali dengan nama Ahmad”
“Berapa banyak nama Yesus Kristus (Isa ‘alaihi salam) disebutkan dalam Al Quran?”
Muslim yang tidak tahu, akan diberitahu oleh misionaris yang mempelajari Al Quran itu. Bahwa Isa disebutkan 25 kali.
“Mana yang lebih besar, Muhammad yang disebutkan lima kali atau Yesus yang disebutkan 25 kali dalam Al Quran?” demikian pertanyaan misionaris berikutnya.

Jawaban atas Pertanyaan Kedua:

Nabi Isa ‘alaihis salam memang disebutkan dalam Al Quran lebih banyak daripada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun, penyebutan yang lebih banyak itu tidak menunjukkan siapa yang lebih besar atau lebih agung.

Nabi Musa, bahkan disebutkan lebih banyak lagi. Nama Nabi Musa disebutkan sebanyak 124 kali dalam Al Quran. Di Surat Al Baqarah 13 kali, di Surat Ali Imran 1 kali, di Surat An Nisa’ 2 kali, di Surat Al Maidah 3 kali, di Surat Al An’am 2 kali, di Surat Al A’raf 18 kali, di Surat Yusuf 7 kali, di Surat Hud 3 kali, di Surat Ibrahim 3 kali, di Surat Al Isra’ 2 kali, di Surat Al Kahfi 2 kali, di Surat Maryam 1 kali, di Surat Thaha 16 kali, di Surat AL Anbiya’ 1 kali, di Surat Al Hajj 1 kali, di Surat Al MU’minun 2 kali, di Surat Asy Syu’ara’ 8 kali, di Surat An Naml 3 kali, di Surat Al Qashash 17 kali, di Surat AL Ankabut 1 kali, di Surat As Sajdah 1 kali, di Surat Al Ahzab 1 kali, di Surat Ash Shafat 2 kali, di Surat Ghafir 5 kali, di Surat Fushilat 1 kali, di Surat Az Zukhruf 1 kali, di Surat AL Ahqaf 2 kali, di Surat Adz Dzariyat 1 kali, di Surat An Najm 1 kali, di Surat Ash Shaf 1 kali, dan di Surat An Naziat 1 kali.Nah, jika karena disebutkan lebih banyak dalam Al Quran kemudian otomatis lebih agung, apakah orang-orang Nasrani mau mengakui bahwa Nabi Musa lebih agung daripada Nabi Isa?
Bahkan, jika karena disebutkan lebih banyak dalam Al Quran kemudian dianggap menjadi Tuhan, apakah orang-orang Nasrani mau mengakui bahwa Musa adalah Tuhan?

Satu hal lagi, Al Quran hampir selalu menyebut Nabi Isa lengkap dengan bin Maryam. Hanya 4 kali nama Nabi Isa disebut sendirian tanpa bin Maryam yaitu pada Surat Ali Imran ayat 52, Ali Imran ayat 55, Ali Imran ayat 59, dan Az Zukhruf ayat 63. Selebihnya selalu disebut Isa bin Maryam. Untuk menegaskan bahwa Isa adalah anak Maryam, bukan anak Tuhan sebagaimana klaim kaum Nasrani.

  • Pertanyaan Ketiga
“Apakah Nabi Muhammad punya ayah dan punya ibu?”
“Ya”
“Apakah Isa (Yesus) dilahirkan dengan ibu dan ayah?”
“Isa memiliki ibu tetapi tidak memiliki ayah”
“Mana yang lebih hebat, orang yang dilahirkan dengan cara biasa dengan adanya ibu dan ayah atau yang terlahir tanpa ayah?”

Jawaban atas Pertanyaan Ketiga:

Nabi Isa memang tidak memiliki ayah. Namun, bukan berarti lebih hebat daripada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Apalagi jika kemudian dijadikan tuhan, sama sekali keliru. Sekarang saya tanya, mana yang lebih hebat, Isa yang lahir tanpa ayah atau Adam yang tanpa ayah dan tanpa ibu? Jika Isa lahir tanpa ayah kemudian dijadikan tuhan, seharusnya Adam lebih berhak untuk dijadikan tuhan karena tidak memiliki ayah dan tidak memiliki ibu.

Al Quran menjelaskan penciptaan Isa dan Adam sebagai berikut:

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آَدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya misal (penciptaan Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah kemudian Allah berfirman kepadanya: “Jadilah” (seoang manusia), maka jadilah ia” (QS. Ali Imran: 59)

Karena lahir tanpa ayah, orang Kristen juga menyebut Yesus anak Tuhan. Dalam Yohanes 6:67-69, Yesus disebut anak tuhan oleh Petrus. Karena disebut anak tuhan, lantas dituhankan. Padahal ada banyak orang yang disebut “anak Tuhan” dalam Injil. Adam adalah anak Tuhan, Efraim adalah anak Tuhan, Ezra adalah anak Tuhan. Semua orang yang dituntun Tuhan adalah anak-anak Tuhan. Jadi anak Tuhan adalah kata yang digunakan dalam Injil yang artinya seseorang yang mengikuti ajaran Tuhan. Jika orang Kristen masih ngotot menjadikan Yesus sebagai Tuhan, carilah di Injil pernyataan Yesus yang mengatakan “Akulah Tuhan” atau “Sembahlah aku.” Niscaya tidak akan pernah ketemu.

  • Pertanyaan Keempat
“Apakah Nabi Muhammad memiliki mukjizat?”
“Ya”
“Apakah Nabi Muhammad bisa menghidupkan orang mati?”
“Tidak” (Karena dalam Al Quran dan hadits tidak disebutkan mukjizat itu)
“Apakah Isa bisa menghidupkan orang mati?”
“Ya” (salah satu mukjizat Nabi Isa, dengan izin Allah, bisa menghidupkan orang mati)
“Mana yang lebih hebat, yang tidak bisa menghidupkan orang mati atau yang bisa menghidupkan orang mati?”

Jawaban atas Pertanyaan Keempat :

Salah satu mukjizat Nabi Isa ‘alaihis salam adalah menghidupkan orang mati. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآَيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (dia Isa berkata), "Aku datang kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritakan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman." (QS. Ali Imran: 49)

Namun ingat, yang menghidupkan orang mati itu adalah Allah. Nabi Isa mengakuinya sendiri. Demikian pula dalam Injil, Yesus mengakui bahwa yang menghidupkan orang mati adalah Allah. Bukan dirinya.

Sahabatku Lazarus mati, maka kembalikanlah ruh kepadanya Tuhan “. Allah memperkenankan doanya dan berfirman, “Mintalah, sesungguhnya engkau akan memperoleh apa yang engkau minta”. Ketika Yesus menyeru Lazarus agar keluar kepadanya, ia berkata, “Bapa, Aku mengucap syukur kepadamu, karena engkau telah mendengarkan aku. Aku tahu, bahwa engkau selalu mendengarkan aku” (Yohanes 11: 41-42)

Lalu besar mana mukjizat Nabi Isa dengan mukjizat Nabi Muhammad? Jika dikatakan bahwa menghidupkan orang mati adalah mukjizat terbesar Nabi Isa, ternyata dalam Injil disebutkan ada lima orang yang bisa menghidupkan orang mati. Selain Nabi Isa (Yesus), mereka adalah Nabi Ilyas (Elia), Nabi Ilyasa (Elisa), Yehezkiel (seorang nabi di kalangan Nabi Israel menurut Injil), dan Petrus.
Apakah dengan begitu, mereka semua juga dianggap sebagai Tuhan karena menurut Injil bisa menghidupkan orang mati? Sungguh lucu.

Nah, berbeda dengan Nabi-Nabi sebelumnya yang mukjizatnya kadang serupa dengan Nabi yang lain, Rasulullah Muhammad memiliki banyak mukjizat dan yang terbesar adalah Al Qur’an. Jika mukjizat yang lain sudah tidak bisa dilihat lagi bekasnya, Al Quran tetap ada hingga hari kiamat.
Dan Al Quran sendiri menantang siapapun di dunia ini untuk menandinginya, dan hingga saat ini tidak ada yang bisa menerima tantangan ini.

وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ . فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’ân yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’ân itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allâh, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya), dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, (neraka itu) telah disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 23-24)

Anda berani menerima tantangan ini, Pak Misionaris?

  • Pertanyaan Kelima
“Apakah Nabimu Muhammad sekarang secara fisik meninggal atau hidup?”
“Meninggal”
“Apakah Yesus (Isa) sekarang meninggal atau masih hidup?”
“Masih hidup”
“Mana yang lebih hebat, yang sudah meninggal atau yang masih hidup hingga sekarang?”
Jawaban atas Pertanyaan Kelima.

Pertanyaan ini justru akan meruntuhkan doktrin terbesar Kristen.

Dalam Al Quran memang dinyatakan bahwa Nabi Isa ‘alaihis salam tidak disalib. Yang disalib adalah orang yang diserupakan dengan Nabi Isa.

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا

Dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (QS. An Nisa’: 157)

Jika orang Kristen mengatakan Yesus masih hidup, berarti yang disalib bukan Yesus. Sama seperti firman Allah dalam Al Quran tersebut. Namun jika Yesus tidak mati disalib, tidak ada konsep penebusan dosa sebagaimana yang dijadikan pijakan gereja saat ini. Jadi Anda meyakini yang mana? Yesus masih hidup karena tidak disalib atau Yesus mati disalib? Anda pasti akan bingung sendiri.
Adapun pertanyaan siapa yang lebih hebat, orang yang meninggal atau orang yang masih hidup, bukanlah pertanyaan yang tepat. Anda masih hidup, Nabi Musa telah meninggal. Siapa yang lebih hebat?

Khusus untuk Nabi Isa yang diangkat Allah dan nanti akan diturunkan menjelang hari kiamat, itu bukanlah kehebatan Nabi Isa atas Nabi Muhammad namun semata-mata atas kehendak Allah dalam rangka menegaskan kesalahan orang-orang yang menganggapnya sebagai Tuhan.

لَيْسَ بَيْنِى وَبَيْنَهُ نَبِىٌّ – يَعْنِى عِيسَى – وَإِنَّهُ نَازِلٌ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَاعْرِفُوهُ رَجُلٌ مَرْبُوعٌ إِلَى الْحُمْرَةِ وَالْبَيَاضِ بَيْنَ مُمَصَّرَتَيْنِ كَأَنَّ رَأْسَهُ يَقْطُرُ وَإِنْ لَمْ يُصِبْهُ بَلَلٌ فَيُقَاتِلُ النَّاسَ عَلَى الإِسْلاَمِ فَيَدُقُّ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلُ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعُ الْجِزْيَةَ
Tidak ada nabi (yang hidup) antara masaku dan Isa. Sungguh, kelak ia akan turun, jika kalian melihatnya maka kenalilah. Ia adalah seorang laki-laki yang sedang (tidak tinggi dan tidak terlalu pendek), berkulit merah keputih-putihan, beliau memakai di antara dua kain berwarna sedikit kuning. Seakan rambut kepala beliau menetes meski tidak basah. Beliau akan memerangi manusia hingga mereka masuk ke dalam Islam, beliau akan menghancurkan salib, membunuh babi dan menghapus jizyah” (HR. Abu Daud; shahih)

Artikel: Tarbiyah